Saturday, January 15, 2011

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK

Melihat potensi melimpahnya
limbah kotoran sapi dan
keprihatinan krisis energi yang
dampaknya terasa langsung
seperti kenaikan tarif dasar
listrik, Soelaiman budi sunarto
berhasil menciptakan alat
albakos untuk mendukung
impiannya menciptakan desa
mandiri listrik.
Di sebuah kampung kecil, di
jalan Joko Songo 33, Doplang,
Karanganyar, saban hari,
sebagian warganya sibuk
memungut aneka sampah
organik dan limbah kotoran sapi.
Sampah dan limbah basah itu,
dengan teliti mereka pisahkan
dan kemudian ditampung di
sebuah bejana besar. Muara
sampah dan limbah itu menuju
ke drum-drum yang mereka
manfaatkan berbagai
keperluan, dari memasak hingga
bahan bakar yang mereka sebut
dengan nama bensin masa
depan.
Pemandangan penuh semangat
itu baru terjadi sekitar 12 tahun
terakhir ini. Sebelum itu, di desa
yang subur itu, sampah dan
limbah berserakan. Lingkungan
menjadi kurang sehat dan
berbagai penyakit justru
bermunculan. Dampak sosial
lainnya, sebagian warganya
justru memilih urbanisasi ke
kota meninggalkan
kampungnya.
Dari keprihatinan itulah, seorang
pria di kampung itu tergerak
untuk mengubah semuanya.
Warga-warga di kampung itu ia
gerakkan, bukan hanya
membersihkan kampung dari
limbah dan sampah, namun
lebih dari itu yakni dengan
mengelolanya menjadi sumber
energi alternatif.
Dialah Soelaiman Budi Sunarto.
Orang-orang di kampung
Doplang menyebutnya sebagai
bapak biofeul. Predikat itu tak
berlebihan, mengingat kerja
kerasnya menggerakkan
masyarakat untuk mengelola
sampah dan limbah menjadi
bioetanol untuk sumber energi
alternatif termasuk listrik. ”Ini
baru contoh kecil, masih banyak
cara yang bisa digunakan untuk
menciptakan listrik dengan
sumber daya alam yang ada di
sekitar kita, ” ujar Soelaiman,
saat berbincang dengan
Joglosemar.
Ya, listrik menjadi impian
Soelaiman untuk desanya.
Namun, listrik yang dia impikan
bukan dari minyak, namun dari
sampah organik dan limbah
kotoran sapi yang dia sulap
menjadi bioetanol. Itulah
langkah awal dari impian
besarnya untuk merintis desa
mandiri listrik.
Rencana membangun energi
listrik dari limbah kotoran sapi
itu, bermodal dari tanah kas
desa atau tanah bengkok yang
dia jadikan kandang
sapi. ”Warga saya minta
mengandangkan sapinya di
tanah ini. Lalu kita tunjuk
seseorang untuk menjaganya.
Yang kita olah selain sapinya,
juga kotorannya sebagai bahan
pembangkit listrik. Nantinya
listrik bisa dialirkan ke setiap
rumah, ” jelasnya.
Energi Alternatif
Soelaiman merancang alat yang
menampung sampah organik
dan limbah kotoran sapi dengan
sebutan albakos (alat biogas
konsumsi sampah). Bioetanol
yang dihasilkan dari albakos
ciptannya itu ia alirkan ke
kompor warga untuk memasak
dan ke genset untuk
pembangkit listrik. ”Ada tiga
tipe albakos. Yang sedang
berkapasitas 50-100 kg
menghasilkan gas metan murni
empat kubik melalui proses
purifikasi. Itu sudah bisa untuk
membangkitkan genset untuk
menghasilkan listrik,” katanya.
Tiga tipe albakos karya
Soelaiman antara lain
berkapasitas 5-10 kg ia banderol
Rp 4 juta/unit, kapasitas 50-60
kg ia banderol Rp 10 juta/unit
dan kapasitas 100 kg yang ia
banderol Rp 18 juta/unit.
Saat ini beberapa albakos sudah
ia terapkan di desanya untuk
memenuhi kebutuhan energi
listrik. Selain itu, juga
dimanfaatkan untuk keperluan
usaha warung makan dan rumah
tangga. ”Kalau bioetanol
aman. Tidak akan meledak, jadi
tidak ada yang trauma
nantinya, ” ujarnya.
Keprihatinan lain yang
membuat Soelaiman merintis
desa mandiri listrik dari limbah
kotoran sapi, adalah soal krisis
energi. Menipisnya minyak yang
berdampak naiknya biaya
produksi listrik, membuatnya
mantap, bioetanol dari kotoran
sapi dan sampah organik mampu
menggantikan minyak sebagai
sumber pembangkit listrik. ”Ini
mungkin energi alternatif, agar
warisan alam tetap bisa
dinikmati anak cucu ke depan, ”
katanya.
Pria kelahiran semarang, 47
tahun silam itu, mengaku tidak
memiliki bekal Ilmu
Pengetahuan Alam. Namun
inovasi tentang energi
alternatif dengan konsep
pemberdayaan masyarakat tak
pernah berhenti dia coba. Selain
albakos, ia juga masih
mengembangkan proyek Jamur
Agro Makmur di Karangpandan,
Karanganyar. Proyek jamurnya
itu sudah menciptakan lapangan
kerja yang luas dan pernah
dikunjungi Menteri Pertanian
waktu itu, Anton Apriyantono.

1 comment:

Best Partners Links

Updated Stats




Free PageRank Checker
Locations of visitors to this page