Thursday, January 13, 2011

Tentang gatal gatal

“Saya punya keluhan gatal-
gatal yang sulit disembuhkan.
Beberapa dokter spesialis kulit
sudah saya kunjungi, tapi sampai
sekarang tidak ada hasilnya.
Gatal-gatal saya alami sejak
tahun 2000 (sudah tiga tahun).
Umumnya timbul malam hari,
tapi tiga bulan terakhir ini timbul
pada siang hari juga. Lokasi gatal
menyebar di beberapa bagian
tubuh, khusus di sekitar tangan,
kaki, perut, leher (biduran,
kaligata).
Semula saya pikir gatal-gatal itu
disebabkan oleh cuaca dingin
malam hari (saya tinggal di
Bogor). Namun, di tempat
berhawa panas seperti di pantai,
gatal ini kadang timbul juga.
Tahun 2001, atas rujukan
dokter kulit, saya melakukan
tes alergi (Prick test). Ada 23 zat
yang dites, namun hasilnya
ternyata semuanya negatif.
Artinya, ke-23 zat yang
disuntikkan itu bukan sebagai
pemicu gatal-gatal (terlampir
hasil Prick test).
Gatal-gatal ini sungguh
mengganggu aktivitas, dan
terpaksa untuk mengatasinya
setiap tiga hari sekali saya
minum antihistamin. Belakangan
dua hari sekali harus minum
karena gatal yang tak
tertahankan.
Melalui surat ini saya mohon
bantuan dokter untuk
mengatasi alergi ini. Jika
pembaca SENIOR ada yang
mempunyai keluhan sama atau
mengetahui solusinya, tolong
informasinya. ” Hend. D.W. di
Bogor
Saudara Hend. D.W. di Bogor,
Saya bisa merasakan apa yang
Anda alami selama tiga tahun
terakhir ini. Jangankan gatal
berhari-hari sepanjang bulan
dan tahun, gatal sebentar akibat
digigit nyamuk saja bikin kita
runyam.
Konsentrasi dan ketekunan kita
dalam bekerja dirongrong oleh
munculnya rasa gatal yang
bertubi-tubi hampir setiap hari,
bukan cuma di satu tempat,
melainkan di beberapa bagian
kulit badan. Bisa jadi itu
mengganggu rasa sejahtera
juga. Amarah, kesal, risau, yang
tidak perlu ada bisa saja bangkit
kalau gatal tidak mau hilang.
Masalah yang kita hadapi sampai
saat ini bahwa alergi di dunia
semakin merajalela seiring
dengan semakin memburuknya
polusi dalam bentuk apa saja.
Kita tidak tahu apakah udara
yang kita hirup setiap detik itu
sudah berisi polutan yang
menjadi alergen baru buat
tubuh kita, yang sebelumnya
tidak ada.
Bukti untuk itu, orang yang di
kota kediamannya tidak pernah
alergi, mendadak alergi setelah
pindah atau berkunjung ke kota
lain. Orang tersebut
menemukan alergen, zat yang
tubuhnya tidak tahan
menerimanya, di wilayah lain.
Kasus begini bisa juga oleh jenis
menu makanan lain yang
sebelumnya tidak pernah
disantap.
Kemunculan Alergi
Selama alergen itu masih
bercokol di sekitar kita, selama
itu alergi sukar terkendali. Kita
tahu obat antihistamin cuma
berfungsi untuk meredakan dan
mengendurkan reaksi yang
timbul akibat masuknya alergen
ke dalam tubuh. Tubuh yang
berbakat alergi, dalam darahnya
senantiasa menyimpan memori
yang mengingatkan siapa-siapa
saja “musuh” yang harus
diperangi setiap kali kembali
datang memasuki tubuh.
Setiap kali berperang melawan
alergen, si “musuh” itu,
tubuh akan menghasilkan zat
histamin. Zat histamin inilah
yang memunculkan reaksi alergi
berupa gatal-gatal jika muncul
di kulit, sesak napas dan hidung
mampet jika bermanifestasi di
saluran pernapasan, atau mual
dan mencret jika merupakan
reaksi di saluran pencernaan.
Obat antihistamin yang biasa
kita minum hanyalah
menjinakkan histamin produk
peperangan tubuh melawan
alergen itu.
Tubuh sendiri sukar untuk
direkayasa menjadikan darah
yang berbakat alergi itu
dirombak, direstrukturisasi,
sehingga tidak sensitif lagi
terhadap zat, bahan, atau
polutan tertentu. Kita terima
saja bakat alergi sebagai
sesuatu yang sukar diubah.
Yang bisa dilakukan hanya
menghindar dari semua bahan
atau apa saja yang bikin kita
alergi. Setiap orang memiliki
kerentanan terhadap zatnya
sendiri-sendiri dan tidak selalu
harus sama. Yang paling sering
sama pada banyak orang adalah
debu rumah. Dalam debu rumah
terkandung kutu renik tungau
(mite).
Bahan berprotein ini yang bikin
orang yang berbakat alergi tidak
tahan menerimanya. Selama
debu rumah terus bersarang di
sekitar kita, di kipas angin, di
saringan AC, selama itu pula
kemunculan alergi sukar
dibendung.
Persoalan yang Anda hadapi,
bahwa hasil tes alergi Prick
semuanya negatif, yang bisa
disimpulkan (seolah-olah) Anda
bukan pengidap alergi,
sekurang-kurangnya terhadap
ke-23 jenis alergen yang
diteskan itu. Apa betul begitu?
Kenali Pencetusnya
Kemungkinan analisisnya bisa
demikian. Namun, masih ada
kemungkinan pemeriksaan tes
alergi itu tidak akurat, sebab
alat dan bahan yang dipakai atau
cara melakukan tes bisa saja
salah. Bisa dipastikan Anda
memang tergolong kasus alergi,
melihat keluhan dan gejala
menghilang jika minum obat
antihistamin seperti yang Anda
akui.
Itu bisa juga berarti tes
alerginya tidak salah, tapi
sangat bisa jadi ada jenis alergen
yang tidak tercakup di
dalamnya, mengingat polutan
dalam udara, air, dan makanan,
semakin beragam saja.
Atau alergen itu tanpa disadari
mungkin ada dalam kosmetik
yang baru kita pakai akhir-akhir
ini, semisal pada pasta gigi,
sampo, atau dari lipstik dan
minyak wangi pacar baru kita.
Boleh jadi juga dari kondom atau
gigi palsu yang baru kita pakai.
Peliknya menatalaksana alergi
oleh karena tidak selalu mudah
melacak dan menemukan
alergen penyebab alergi pada
tubuh masing-masing orang
yang berbakat alergi. Anda
sendiri bisa dipastikan betul
berbakat alergi. Yang belum
kita ketahui, apa alergen
pencetus reaksi alergi Anda
dalam tiga tahun terakhir ini.
Kalau tes alergi tidak berhasil
menangkapnya, saya kira perlu
upaya mengoreknya. Sebab,
Anda sendiri yang paling tahu
ada hal-hal apa saja yang
berpotensi mencetuskan reaksi
alergi dalam tiga tahun terakhir
ini, termasuk tentu dalam sabun
mandi, lotion aftershave,
handbody cream, jamu,
suplemen, minyak gosok,
camilan, atau menu baru
kesukaan, termasuk bumbu
masak, penyedap, pengawet,
atau kecap, yang tidak dicakup
dalam tes alergi.
Peran Vitamin C dan E
Sampai sekarang belum ada
obat yang bisa menyembuhkan
alergi. Orang bisa terbebas dari
bakat alerginya biasanya sebab
tubuh dibikin “preman”
dengan tanpa rasa takut
menghantam apa saja yang
menjadi alergennya,
“ musuh” bebuyutan
tubuhnya. Yang tidak tahan
udang, terus makan banyak-
banyak, sampai suatu saat
tubuh sendiri sudah kebal. Dan
makan udang pun tidak bikin
alergi lagi.
Seperti itu yang dilakukan medis
terhadap pasien alergi sebagai
bentuk desensitisasi. Secara
berangsur-angsur, dengan
sengaja dimasukkan unsur
alergen yang tubuh tak tahan
menerimanya. Harapannya,
lama-lama tubuh tidak rentan
lagi terhadap alergen yang
menjadi musuhnya itu. Untuk
itu perlu waktu bertahun-
tahun.
Selain itu, peran vitamin C dan E
besar sekali dalam menjinakkan
bakat alergi seseorang. Studi
tentang peran kedua vitamin ini
menunjukkan bahwa konsumsi
rutin vitamin ini selama
berbulan-bulan terus-menerus,
paling tidak mengurangi
kekerapan alergi kambuh.
Pada kasus-kasus tertentu,
serangan alergi sedemikian
hebat, sehingga perlu
penatalaksanaan khusus, selain
obat khusus pula. Di Amerika
misalnya, obat golongan
immunosuppressants yang
biasa dipakai pada penyakit
otoimun (termasuk kasus
transplantasi organ), diberikan
juga untuk menjinakkan alergi
yang berat.
Selain itu, ada pula jenis injeksi
golongan obat omalizumab dan
beberapa jenis obat baru lain
yang diperkenalkan. Namun,
obat-obatan tersebut hanya
lebih kuat menekan alergi tanpa
bisa membebaskan bakat
alerginya.
Sekali lagi, kepada Anda, saya
hanya bisa menyarankan dua
hal. Periksa ulang tes alergi di
pusat pemeriksaan yang
berbeda untuk konfirmasi
pemeriksaan sebelumnya
betul-betul akurat. Jika
hasilnya tetap negatif semua,
Anda sendiri perlu melacak dan
mencari apa yang menjadi
penyebab alergi yang baru
muncul tiga tahun belakangan.
Bisa jadi ada hal-hal yang tidak
Anda sadari dari gaya dan cara
hidup, pola makan, atau yang
Anda pakai dan konsumsi baru
dalam tiga tahun terakhir ini,
dan saya kira pasti bukan dari
lipstik atau minyak wangi pacar
baru, sambil mulai
mengonsumsi rutin vitamin C
dan E. Selamat mencoba,
semoga memberi hasil. Salam.
@
Source : KCM-senior

No comments:

Post a Comment

Best Partners Links

Updated Stats




Free PageRank Checker
Locations of visitors to this page