Captopril
Indikasi:
Untuk hipertensi
berat hingga
sedang,
kombinasi
dengan tiazida
memberikan
efek aditif,
sedangkan kombinasi dengan
beta bloker memberikan efek
yang kurang aditif. Untuk gagal
jantung yang tidak cukup
responsif atau tidak dapat
dikontrol dengan diuretik dan
digitalis, dalam hal ini pemberian
kaptopril diberikan bersama
diuretik dan digitalis.
Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif
terhadap kaptopril atau
penghambat ACE lainnya
(misalnya pasien mengalami
angioedema selama
pengobatan dengan
penghambat ACE lainnya).
Komposisi:
Setiap tablet mengandung
kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung
kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung
kaptopril 50 mg.
Cara Kerja Obat:
Kaptopril merupakan obat
antihipertensi dan efekif dalam
penanganan gagal jantung
dengan cara supresi sistem renin
angiotensin aldosteron. Renin
adalah enzim yang dihasilkan
ginjal dan bekerja pada globulin
plasma untuk memproduksi
angiotensin I yang besifat
inaktif. "Angiotensin Converting
Enzyme" (ACE), akan merubah
angiotensin I menjadi
angiotensin Il yang besifat aktif
dan merupakan vasokonstriktor
endogen serta dapat
menstimulasi sintesa dan
sekresi aldosteron dalam
korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron
akan mengakibatkan ginjal
meretensi natrium dan cairan,
serta meretensi kalium. Dalam
kerjanya, kaptopril akan
menghambat kerja ACE,
akibatnya pembentukan
angiotensin ll terhambat,
timbul vasodilatasi, penurunan
sekresi aldosteron sehingga
ginjal
mensekresi natrium dan cairan
serta mensekresi kalium.
Keadaan ini akan menyebabkan
penurunan tekanan darah dan
mengurangi beban jantung, baik
'afterload' maupun 'pre-load',
sehingga terjadi peningkatan
kerja jantung. Vasodilatasi yang
timbul tidak menimbulkan
reflek takikardia.
Dosis:
Kaptopril harus diberikan 1 jam
sebelum makan, dosisnya
sangat tergantung dari
kebutuhan penderita
(individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg
tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu,
penurunan tekanan darah masih
belum memuaskan maka dosis
dapat ditingkatkan menjadi 25
mg tiga kali sehari. Bila setelah 2
minggu lagi, tekanan darah
masih belum terkontrol
sebaiknya ditambahkan obat
diuretik golongan tiazida misal
hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat
ditingkatkan pada interval satu
sampai dua minggu. Maksimum
dosis kaptopril untuk hipertensi
sehari tidak boleh lebih dari 450
mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga
kali sehari; diberikan bersama
diuretik dan digitalis, dari awal
terapi harus dilakukan
pengawasan medik secara
ketat. Untuk penderita dengan
gangguan fungsi ginjal dsiis
perlu dikurangi disesuaikan
dengan klirens kreatinin
penderita.
Peringatan dan Perhatian:
Keamanan penggunaan pada
wanita hamil belum terbukti,
bila terjadi kehamilan selama
pemakaian obat ini, maka
pemberian obat harus
dihentikan dengan segera.
Harus diberikan dengan hati-hati
pada wanita menyusui,
pemberian ASI perlu dihentikan
karena ditemukan kadar dalam
ASI lebih tinggi daripada kadar
dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak
masih belum diketahui
keamanannya, sehingga obat ini
hanya diberikan bila tidak ada
obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia
harus hati-hati karena
sensitivitasnya terhadap efek
hipotensif.
Hati-hati pemberian pada
penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila
terjadi gejala-gejala angiodema
seperti bengkak mulut, mata,
bibir, lidah, laring juga sukar
menelan, sukar bernafas dan
serak.
Konsultasikan ke dokter bila
menggunakan suplemen
potassium, potassium sparing
diuretic dan garam-garam
polassium.
Pemakaian obat penghambat
ACE pada kehamilan dapat
menyebabkan gangguan/
kelainan organ pada fetus atau
neonatus, bahkan dapat
menyebabkan kematian fetus
atau neonatus.
Pada kehamilan trimester ll dan
lll dapat menimbulkan
gangguan antara lain: hipotensi,
hipoplasiatengkorak neonatus,
anuria, gagal ginjal reversible
atau irreversible dan kematian.
Juga dapat terjadi
oligohidramnios, deformasi
kraniofasial, perkembangan
paru hipoplasi, kelahiran
prematur, perkembangan
retardasi-intrauteri, paten
duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat di mana
selama di dalam kandungan
ibunya mendapat pengobatan
penghambat ACE, harus
diobservasi intensif tentang
kemungkinan terjadinya
hipotensi, oligouria dan
hiperkalemia.
Efek Samping:
Kaptopril menimbulkan
proteinuria lebih dari 1 g sehari
pada 0,5% penderita dan pada
1,2% penderita dengan
penyakit ginjal. Dapat tejadi
sindroma nefrotik serta
membran glomerulopati pada
penderita hipertensi. Karena
proteinuria umumnya terjadi
dalam waktu 8 bulan
pengobatan maka penderita
sebaiknya melakukan
pemeriksaan protein urin
sebelum dan setiap bulan
selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis
terjadi kira-kira 0,4 % penderita.
Efek samping ini terutama
terjadi pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal.
Neutropenia ini muncul dalam 1
- 3 bulan pengobatan,
pengobatan agar dihentkan
sebelum penderita terkena
penyakit infeksi. Pada penderita
dengan resiko tinggi harus
dilakukan hitung leukosit
sebelum pengobatan, setiap 2
minggu selama 3 bulan pertama
pengobatan dan secara periodik.
Pada penderita yang mengalami
tanda-tanda infeksi akut
(demam, faringitis) pemberian
kaptopril harus segera
dihentikan karena merupakan
petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5
jam setelah dosis pertama dan
beberapa dosis berikutnya, tapi
biasanya tidak menimbulkan
gejala atau hanya menimbulkan
rasa pusing yang ringan. Tetapi
bila mengalami kehilangan
cairan, misalnya akibat
pemberian diuretik, diet rendah
garam, dialisis, muntah, diare,
dehidrasi maka hipotensi
tersebut menjadi lebih berat.
Maka pengobatan dengan
kaptopril perlu dilakukan
pengawasan medik yang ketat,
terutama pada penderita gagal
jantung yang umumnya
mempunyai tensi yang nomal
atau rendah. Hipotensi berat
dapat diatasi dengan infus
garam faal atau dengan
menurunkan dosis kaptopril
atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus,
kadang-kadang terjadi demam
dan eosinofilia. Efek tersebut
biasanya ringan dan menghilang
beberapa hari setelah dosis
diturunkan.
Teriadi perubahan rasa (taste
alteration), yang biasanya
terjadi dalam 3 bulan pertama
dan menghilang meskipun obat
diteruskan.
Retensi kalium ringan sering
terjadi, terutama pada
penderita gangguan ginjal,
sehingga perlu diuretik yang
meretensi kalium seperti
amilorida dan pemberiannya
harus dilakukan dengan hati-
hati.
Interaksi Obat:
Alkohot.
Obat anti inflamasi terutama
indometasin.
Suplemen potassium atau obat
yang mengandung potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.
Cara penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan
kering, terlindung dari cahaya.
Kemasan dan Nomor Registrasi:
Captopril 12,5 mg tablet, kotak
10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak
10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916 010 A1
Captopril 50 mg tablet, kotak
10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL93209160108
HARUS DENGAN RESEP
DOKTER
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma
#7 Life Keys to Live Happier - Lifeway
-
{ "@context": "https://schema.org/", "@type": "CreativeWorkSeries", "name":
"#7 Life Keys to Live Happier", "aggregateRating": { "@type":
"AggregateRating"...
2 years ago
No comments:
Post a Comment