Thursday, December 2, 2010

TENTANG DIABETES

Diet dan Olahraga bagi
penderita DIABETES
Diabetes bukan penyakit baru.
Sejak 1552 SM penyakit yang
ditandai dengan seringnya
buang air kecil
dalam jumlah banyak serta
penurunan berat badan yang
drastis ini, sudah dikenal dan
disebut dengan istilah
Poliuria. Tahun 400 SM, seorang
penulis India Sushratha
menamainya “penyakit
kencing madu”. Nama
diabetes mellitus(diabetes =
mengalir terus, mellitus =
manis) akhirnya diberikan oleh
Aretaeus sekitar 200
tahun sebelum Masehi.
Mengelola penyakit ini
sebenarnya mudah asal
penderita bisa mendisiplinkan
diri dan melakukan olahraga
secara teratur, menuruti saran
dokter, dan tidak mudah patah
semangat.
Seseorang dikatakan menderita
diabetes bila kadar glukosa
dalam darah di atas 120 mg/dl
dalam kondisi
berpuasa, dan di atas 200 mg/dl
setelah dua jam makan. Tanda
lain yang lebih nyata adalah
apabila air
seninya positif mengandung
gula.
Diabetes muncul lantaran
hormon insulin yang dikeluarkan
oleh sel-sel beta dari pulau
langerhans (struktur
dalam pankreas yang bertugas
mengatur kadar gula dalam
darah) tidak lagi bekerja normal.
Akibatnya,
kadar gula dalam darah
meninggi. Bila keadaan ini
berlanjut dan melewati ambang
batas ginjal, zat gula
akan dikeluarkan melalui air
seni.
Sejauh ini dikenal dua kelompok
penderita diabetes yakni
mereka yang terkena sejak kecil
atau remaja, dan
mereka yang terkena ketika
sudah dewasa (kebanyakan usia
50 tahun ke atas). Penderita
diabetes sejak
muda kebanyakan
membutuhkan suntikan insulin,
sementara yang dimulai di usia
dewasa tidak.
Sejak ditemukan hormon insulin
oleh Banting dan Best dari
Kanada pada 1921, penderita
diabetes yang
membutuhkan insulin dapat
diatasi sehingga angka kematian
dan keguguran bayi pada ibu
hamil yang
menderita diabetes semakin
berkurang. Selain hormon
insulin, Franke dan Fuchs (1954)
melakukan uji coba
obat antidiabetes dan terbukti
banyak menolong para
penderita.
Diabetes memang penyakit
yang tidak bisa disembuhkan,
namun dengan perawatan yang
baik, setiap
penderita dapat menjalani
kehidupannya secara normal.
Diet dan olahraga
Selain mengontrol kadar gula
secara teratur, melakukan diet
makanan dan olahraga yang
teratur menjadi
kunci sukses pengelolaaan
diabetes. Dalam hal makanan
misalnya, penderita diabetes
harus memperhatikan
takaran karbohidrat. Sebab lebih
dari separuh kebutuhan energi
diperoleh dari zat ini. Menurut
dr. Elvina
Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari
SEAMEO-Tropmed UI, ada dua
golongan karbohidrat yakni
jenis kompleks dan
jenis sederhana. Yang pertama
mempunyai ikatan kimiawi lebih
dari satu rantai glukosa
sedangkan yang lain
hanya satu. Di dalam tubuh
karbohidrat kompleks seperti
dalam roti atau nasi, harus diurai
menjadi rantai
tunggal dulu sebelum diserap
ke dalam aliran darah.
Sebaliknya, karbohidrat
sederhana seperti es krim, jeli,
selai, sirup, minuman ringan, dan
permen, langsung masuk ke
dalam aliran darah sehingga
kadar gula darah
langsung melejit.
Dari sisi makanan penderita
diabetes lebih dianjurkan
mengkonsumsi karbohidrat
berserat seperti kacang-
kacangan, sayuran, buah segar
seperti pepaya, kedondong,
apel, tomat, salak, semangka
dll. Sedangkan buah-buahan
yang terlalu manis seperti
sawo, jeruk, nanas, rambutan,
durian, nangka, anggur, tidak
dianjurkan.
Peneliti gizi asal Universitas
Airlangga, Surabaya, Prof. Dr.
Dr. H. Askandar Tjokroprawiro,
menggolongkan diet atas dua
bagian, A dan B. Diet B dengan
komposisi 68% karbohidrat, 20%
lemak, dan 12% protein, lebih
cocok buat orang Indonesia
dibandingkan dengan diet A
yang terdiri atas 40 – 50%
karbohidrat, 30 – 35% lemak
dan 20 – 25% protein. Diet B
selain mengandung karbohidrat
lumayan tinggi, juga kaya serat
dan rendah kolesterol.
Berdasarkan penelitian, diet
tinggi karbohidrat kompleks
dalam dosis terbagi, dapat
memperbaiki kepekaan sel beta
pankreas.
Sementara itu tingginya serat
dalam sayuran jenis A(bayam,
buncis, kacang panjang, jagung
muda, labu
siam, wortel, pare, nangka
muda) ditambah sayuran jenis B
(kembang kol, jamur segar,
seledri, taoge,
ketimun, gambas, cabai hijau,
labu air, terung, tomat, sawi)
akan menekan kenaikan kadar
glukosa dan
kolesterol darah.
Bawang merah dan putih
(berkhasiat 10 kali bawang
merah)serta buncis baik sekali
jika ditambahkan dalam
diet diabetes karena secara
bersama-sama dapat
menurunkan kadar lemak darah
dan glukosa darah.
Pola 3J
Ahli gizi lain, dr. Andry Hartono
D.A. Nutr., dari RS Panti Rapih,
Yogyakarta menyarankan pola
3J: yakni
jumlah kalori, jadwal makan,
dan jenis makanan.
Bagi penderita yang tidak
mempunyai masalah dengan
berat badan tentu lebih mudah
untuk menghitung
jumlah kalori sehari-hari.
Caranya, berat badan dikalikan
30. Misalnya, orang dengan
berat badan 50 kg,
maka kebutuhan kalori dalam
sehari adalah 1.500 (50 x 30).
Kalau yang bersangkutan
menjalankan
olahraga, kebutuhan kalorinya
pada hari berolahraga ditambah
sekitar 300-an kalori.
Jadwal makan pengidap
diabetes dianjurkan lebih sering
dengan porsi sedang.
Maksudnya agar jumlah
kalori merata sepanjang hari.
Tujuan akhirnya agar beban
kerja tubuh tidak terlampau
berat dan produksi
kelenjar ludah perut tidak
terlalu mendadak.
Di samping jadwal makan utama
pagi, siang, dan malam,
dianjurkan juga porsi makanan
ringan di sela-sela
waktu tersebut(selang waktu
sekitar tiga jam).
Yang perlu dibatasi adalah
makanan berkalori tinggi seperti
nasi, daging berlemak, jeroan,
kuning telur. Juga
makanan berlemak tinggi
seperti es krim, ham, sosis,c ake,
coklat, dendeng, makanan
gorengan. Sayuran
berwarna hijau gelap dan jingga
seperti wortel, buncis, bayam,
caisim bisa dikonsumsi dalam
jumlah lebih
banyak, begitu pula dengan
buah-buahan segar. Namun,
perlu diperhatikan bila
penderita menderita
gangguan ginjal, konsumsi
sayur-sayuran hijau dan
makanan berprotein tinggi harus
dibatasi agar tidak
terlalu membebani kerja ginjal.
Diet kalori terbatas
Penderita bisa mengikuti contoh
susunan menu diet B untuk
2.100 kalori (Simbardjo dan
Indrawati, B.Sc. dari bagian ilmu
gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya)
seperti pada Tabel 1. Diet B
tinggi serat itu termasuk diet
diabetes umum, yang tidak
menderita komplikasi, tidak
sedang berpuasa atau pun
sedang hamil.
Menu diet B terdiri dari:
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kolesterol
65.49 g
45.89 g
377.45 g
112.5 mg
Makan pagi (pk. 06.30)
Nasi
Daging
Tempe
Sayuran A
Sayuran B
Minyak
110 g
25 g
25 g
100 g
25 g
5g
Selingan (09.30)
Pisang
200 g
Makan siang (12.30)
Nasi
Daging
Tempe
Sayuran A
Sayuran B
Minyak
150 g
40 g
25 g
100 g
50 g
10 g
Selingan (15.30)
Pisang/kentang
Pepaya
200 g
100 g
Makan malam (18.30)
Nasi
Daging
Tempe
Sayuran A
Sayuran B
Minyak
150 g
25 g
25 g
100 g
50 g
10 g
Selingan (21.30)
Pisang/kentang
Pepaya
200 g
100 g
Sedangkan buku panduan
“ Perencanaan Makan
Penderita Diabetes dengan
Sistem Unit ” terbitan Klinik Gizi
dan Klinik Edukasi Diabetes RS
Tebet, menuliskan tentang
prinsip dasar diet diabetes,
dengan pemberian
kalori sesuai kebutuhan dasar.
Untuk wanita, kebutuhan dasar
adalah (Berat Badan Ideal x 25
kalori)ditambah 20% untuk
aktivitas. Sedangkan untuk pria,
(Berat Badan Ideal x 30 kalori)
ditambah 20%
untuk aktivitas. Untuk
menentukan berat badan ideal
(BBI) bisa diambil patokan: BBI =
Tinggi Badan (cm) –
100 cm – 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi
badan 164 cm, berat badan 70
kg, maka BBI = 64 kg – 10% = 58
kg.
Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30
kalori = 1.740 kalori. Ditambah
kalori aktivitas 20% = 2.088
kalori. Jadi,
pria ini memerlukan diet sekitar
2.000 kalori sehari.
Namun, rumusan ini tidak
mutlak. Bila pasien sedang sakit,
aktivitas berubah, atau berat
badan jauh dari
ideal, maka kebutuhan kalori
akan berubah. Bila berat badan
berlebih, jumlah kalori dikurangi
dari
kebutuhan dasar. Sebaliknya,
bila pasien mempunyai berat
badan kurang, jumlah kalori
dilebihkan dari
kebutuhan dasar. Begitu berat
badan mencapai normal, jumlah
kalori disesuaikan kembali
dengan kebutuhan
dasar.
Prinsip makan selanjutnya
adalah menghindari konsumsi
gula dan makanan yang
mengandung gula. Juga
menghindari konsumsi hidrat
arang olahan yakni hidrat arang
hasil dari pabrik berupa tepung
dengan segala produknya.
Ditambah lagi mengurangi
konsumsi lemak dalam makanan
sehari-hari (lemak binatang,
santan, margarin, dll.), sebab
tubuh penderita mengalami
kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru
konsumsi serat dalam makanan,
khususnya serat yang larut air
seperti pektin
(dalam apel), jenis kacang-
kacangan, dan biji-bijian (bukan
digoreng).
Bila penderita juga mengalami
gangguan pada ginjal, yang
perlu diperhatikan adalah
jumlah konsumsi
protein. Umumnya, digunakan
rumus 0,8 g protein per
kilogram berat badan. Bila kadar
kolesterol/trigliserida tinggi,
disarankan melakukan diet
rendah lemak. Bila tekanan
darahnya tinggi,
dianjurkan mengurangi
konsumsi garam.
Kegagalan berdiet bisa
disebabkan karena pasien
kurang berdisiplin dalam
memilih makanannya atau tidak
mampu mengurangi jumlah
kalori makanannya. Bisa juga
penderita tidak mempedulikan
saran dokter.
Untuk memudahkan penerapan,
dibuat sistem unit 80 kalori.
Tabel 2 menyajikan makanan
yang
mengandung 80 kalori per
unitnya. Misalnya, seorang
pasien yang memerlukan 1.600
kalori per harinya,
akan mendapat makanan 20 unit
sehari senilai 80 kalori setiap
unitnya. Jumlah 20 unit terbagi
atas sarapan
empat unit, makanan kecil (pk.
10.00) dua unit, makan siang
enam unit, makanan kecil (pk.
16.00) dua
unit, dan makan malam enam
unit.
Tabel di bawah ini yang
menunjukkan contoh lima
kelompok makanan: makanan
pokok, lauk pauk, sayuran,
makanan ringan/siap santap,
buah-buahan, dan minuman.
Jenis makanan
A
B
C
Makanan pokok
Lauk pauk
Sayuran
Siap santap
Buah-buahan
Makanan ringan
Minuman
nasi
pepes ikan
sayur bening
ketoprak
apel
lemper
teh/kopi
roti
sate
lodeh
hamburger
pisang
kroket
es campur
kentang goreng
rendang
buntil
pizza
anggur
lapis legit
minuman ringan
Makanan dalam kelompok A bisa
dibilang berkomposisi paling
baik, karena mengandung serat
dan atau
rendah hidrat arang olahan
serta rendah lemak. Sementara
golongan C kurang baik karena
kandungan
gulanya tinggi, rendah atau
tanpa serat, dan terlalu banyak
lemak. Jadi, dianjurkan untuk
memilih A atau B,
bukan C. Nasi lebih baik daripada
bubur, karena kandungan serat
lebih baik sehingga lebih lama
bertahan di
usus. Pemanis gula bisa diganti
dengan pemanis buatan.
Di sini diberikan pula contoh
menu yang dapat diikuti (20 unit
atau 1.600 kalori):
Makan pagi
Setangkap roti tawar
Sebutir telur ayam
1 sendok teh selai
1 gls susu skim
1,50 unit 1,25 unit 0,25 unit 0,75
unit
Selingan (di kantor):
Arem-arem
Teh tanpa gula
2,75 unit
Makan siang:
Nasi putih
Daging cah kembang kol
Sayur bening bayem
Pepaya
1,25 unit 3,00 unit 0,25 unit 0,50
unit
Selingan sore
Serabi pandan (kue basah)
1 gls jus melon
1,75 unit
0,50 unit
Makan malam
Nasi, sayur, daging, ikan goreng,
gado-gado
1 gls jus tomat
3,75 unit
0,25 unit
Selingan malam
1 pisang ambon
1,25 unit
Dengan melakukan diet yang
teratur dan disiplin pasti kadar
gula dapat dikendalikan.
Jangan lupa olahraga
Selain memperhatikan pola
makan sehari-hari, penderita
harus melakukan latihan fisik.
Pada prinsipnya
olahraga bagi penderita
diabetes tidak berbeda dengan
yang untuk orang sehat. Juga
antara penderita baru
atau pun lama. Olahraga itu
terutama untuk membakar
kalori tubuh, sehingga glukosa
darah bisa terpakai
untuk energi. Dengan demikian
kadar gulanya bisa turun.
“Saya punya banyak pasien
diabetes. Hanya dengan latihan
olahraga mereka sanggup hidup
seperti orang-
orang sehat tanpa obat,”
papar dr. Hario Tilarso. Lebih
baik menyembuhkan secara
alamiah, itu prinsipnya.
Kalau dengan latihan, gula
darahnya bisa turun, mengapa
harus dengan obat. Obat baru
diberikan kalau
penurunannya alot sehingga
dikhawatirkan timbul komplikasi
macam-macam.
“Pengalaman saya
menunjukkan, orang-orang
yang tidak tergantung insulin,
bisa turun kadar gulanya hanya
dengane xe rci se. Bahkan,
ketika menghadiri pesta,
penderita diabetes bisa makan
banyak. Tapi, besoknya
dia harus lari untuk membakar
kalori yang telah masuk,”
katanya.
Penderita diabetes yang telah
lama dikhawatirkan bisa
mengalami arterosklerosis
(penyempitan pembuluh
darah). Namun, dengan
berolahraga timbunan
kolesterol di pembuluh darah
akan berkurang, sehingga risiko
terkena penyakit jantung juga
menurun.
Menurut dokter olahraga di Balai
Kesehatan Olahraga Masyarakat
(BKOM) DKI Jaya ini, sebaiknya
jenis
olahraga bagi penderita
diabetes dipilih yang memiliki
nilai aerobik tinggi, macam jalan
cepat, lari (joging),
senam aerobik, renang, dan
bersepeda. Jenis olahraga
lainnya, tenis, tenis meja,
bahkan sepakbola, pun
boleh dilakukan asal dengan
perhatian ekstra.
FID (frekuensi, intensitas, dan
durasi) olahraga bagi penderita
diabetes pada prinsipnya tidak
berbeda
dengan yang diterapkan untuk
orang sehat. Frekuensi berolah
raga adalah 3 – 5 kali seminggu.
“Sebaiknya,
dipilih waktu yang tepat karena
panas matahari bisa membakar
kalori lebih banyak. Ini
berbahaya karena
bisa menyebabkan hipoglikemia,
kekurangan gula darah, ” jelas
dr. Hario.
Cuma, penderita yang
menggunakan suntikan insulin
harus hati-hati. Harus
diperhatikan waktu puncak
kerja insulin yang disuntikkan.
“Jangan sampai saat puncak
insulin bekerja, penderita
berolahraga. Saat itu kadar gula
darah akan banyak turun. Kalau
ditambah latihan, bisa tambah
turun lagi, bisa kena
hipoglikemia,” katanya.
Jadi, insulin yang digunakan
harus diketahui dulu kerjanya,
short acting atau long acting.
Biasanya,
berdasarkan kondisi penderita,
dokter menentukan jenis insulin
yang diberikan. Nah, jadwal
olahraganya
disesuaikan dengan kerja insulin
itu.
Intensitasnya berkisar 60 – 75%
DSM (denyut nadi maksimal,
yang perhitungannya 220 –
umur dalam
tahun). Durasinya kira-kira 60
menit setiap kali berolahraga
pada zone latihan. Untuk
penderita diabetes
yang berbadan gemuk,
durasinya bisa ditambah, misal
90 menit. “Dengan
penambahan lama latihan, tidak
cuma gula darah yang
berkurang, lemak tubuh pun
ikut dibakar, ” tutur dr. Hario.
Bila kepala melayang
Latihan beban juga dianjurkan
untuk penderita diabetes. “Di
samping memelihara kadar gula
darah,
penderita juga memelihara
massa ototnya agar ototnya
tetap kokoh, sehingga bisa
tetap produksi seperti
yang lain,” katanya.
Khusus yang sudah sangat
parah, misalnya saraf kakinya
sudah terganggu, dipilih
olahraga yang ringan dan
tidak terlalu banyak serta keras
benturannya. Misalnya
bersepeda. Itu pun harus hati-
hati, terutama kalau
sudah sampai terjadi retinopati
diabetik (gangguan retina mata),
karena kemungkinan terjadinya
perdarahan
sangat besar. Bila penyakitnya
lebih parah, misalnya dengan
kadar gula di atas 400 yang tak
memungkinkannya bergerak
aktif, penanganannya lebih
diserahkan pada dokter
penyakit dalam. “Pilihannya
memang agak sulit. Kita harus
bekerja secara interdisiplin. Jadi,
yang bisa berolahraga hanya
mereka yang
betul-betul masih aktif, tidak
ada keterbatasan padam uscul
uske l e tal, tidak ada atritis, dan
keterbatasan
lainnya. ”
Sedangkan penderita diabetes
berbadan gemuk, jenis
olahraganya dikombinasikan
dengan latihan untuk
obesitas. “Biasanya, lamanya
tidak satu jam, melainkan dua
jam misalnya. Maksudnya,
supaya
pembakarannya lebih banyak,
gula darahnya turun, dan lemak
tubuhnya berkurang. Kalau dia
betul-betul
menuruti aturan, semuanya
tidak masalah, ” katanya.
Dalam melakukan olahraga, ada
beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Kadar gula darah
penderita saat
melakukan olahraga harus
berada pada kisaran 100 – 300
mg/dl. “Lebih dari 300 mg/dl
dikhawatirkan
terjadi ketosis (kelebihan keton
dalam jaringan), misalnya.
Penderita dengan kadar gula
yang terlalu rendah
juga dilarang melakukan latihan.
Sementara jika kadar gulanya
sudah normal lalu melakukan
olahraga,
ditakutkan malah terjadi
hipoglikemia. ” Supaya aman,
katanya, penderita harus
berolahraga bersama orang
lain. Kalau ada apa-apa, ada
yang bisa membantu.
Penderita diabetes sebaiknya
juga berbekal sedikit makanan
atau minuman yang manis-
manis. Boleh roti
manis, permen, teh manis.
“ Kalau kepala sudah mulai
melayang, langsung saja makan
atau minum bekal itu
secukupnya. Juga bila keringat
dingin sudah mulai keluar.
Kepala melayang dan keringat
dingin itu
menunjukkan gula darahnya
sudah turun berlebih, ” papar
Hario.
Pada penderita diabetes, kalau
kebanyakan gula bisa
menimbulkan hiperglikemia dan
ini bisa membuat
keracunan. Tapi ini efeknya
lama. Yang cepat pengaruhnya
dan bisa menimbulkan kematian
justru
hipoglikemia.
Mereka yang memilih jenis
olahraga yang memerlukan
waktu lama, macam tenis
lapangan atau sepakbola,
sebaiknya setiap 30 menit
mengkonsumsi glukosa
(makanan atau minuman manis).
Dengan cara itu kadar gula
darahnya bisa dijaga agar tidak
terlalu turun. Yang perlu
diperhatikan pula saat
berolahraga adalah cuaca. Pada
cuaca sangat panas,
penyerapan insulin banyak
sekali. Berarti gula darah lebih
terserap lagi.
Menjaga kebersihan dan
kesehatan kaki juga penting
dalam berolahraga. Ketika
sedang joging atau jalan, kaki
akan bergesekan dengan
sepatu. Karena itu, kaus kaki
yang dikenakan harus bersih.
Sepatu pun harus yang lunak
bagian dalamnya untuk
menghindari lecet. Pakailah
sepatu sesuai penggunaannya.
Dengan rajin berolahraga
ditambah mengatur menu
makanan serta mengontrol
kadar gula darah secara
teratur, komplikasi akibat
diabetes dapat dihindari. (Nanny
Selamihardja/I Gede Agung
Yudana)
Sumber : http://
www.indomedia.com

No comments:

Post a Comment

Best Partners Links

Updated Stats




Free PageRank Checker
Locations of visitors to this page